Selasa, 27 September 2011

Tergelincir dalam nada

Bertalah talah kau dengungkan bhagavat gita
Tanpa sadar nadamu tergelincir diantara aldaka
Adakah punai lupa pada sabda cintanya
Hingga bait rindunya meregat alur karmawedha
Berbutir butir aksara biru begitu masir tanpa desir
Hanyut bersama kelusuh sang musafir





Notes * bertalah talah : tergesa gesa
aldaka : gunung/perbukitan
kelusuh : gelisah tak bisa tidur

Rabu, 21 September 2011

# INI BUKAN HUJATAN,SOBAT#

Tuk mereka yang bersafari,pemilik senyum indah cassanova
Sekarang mereka bertahta dalam gelimang harta dan dosa
Mengabaikan jerit tangis rakyat jelata yang menghiba
Kelak Munkar wal Nakir kan datang pada mereka
Menanyakan semua laku mereka yg pernah ada
Wahai kalian kumpulan orang hebat .............
Malam ini ku tulis sesuatu bukan tuk menghujat
Tapi ku jengah dengan ulahmu yg tak merakyat
Maaf seribu maaf, bila sajakku terdengar sarat
Sebab inilah perwakilan suara hati nurani rakyat

Hanya sekedar celoteh anak negri,,,,,

Jika kamu berpikir bahwa Indonesia akan terus menerus terpuruk bahkan hancur?
Itu adalah pemikiran yang salah.
Karena akan datang suatu zaman di mana nusantara akan berjaya.
Yaa,, Zaman Kalasuba pasti akan tiba

Sebagaimana friman Allah "tlah ku cipta apa yang tak kekal tuk umatku".
Maka ku yakini pula jika duka negri ini pun tidaklah kekal
Ibu pertiwiku takkan bersusah hati terus selamanya
Smoga Allah mengampuni dosa anak anak negri
Yang telah ingkar janji dan menodai ikrar putih

Intermezzo di ubun ubun siang

Terik sang surya hangat memanggang ragaNamun tak sampai buat akalku kalah menyerah Dalam kesendirian sempat ku layangkan fikirkuTentang gambaran rupa negriku di masa mendtangMiris memang menyaksikan ulah para penguasaYang tak henti mencari sensasi bak selebritiSeinci demi seinci ,ku telusuriSeolah menapak tilas beberapa fakta yang adaDengan merunut berbagai peristiwaPemilu memang masih lama,bbrp taun lagiTepatnya taun 2014,.....
Namun sebelum 2014 Negara kita tlah di guncang prahara besar atau yang disebut Goro-Goro.
Dan inilah beberpa tanda tandanya dari Goro Goro tersebut :
Sing suwarane seru oleh pengaruh---Yang bersuara tinggi mendapat pengaruh.
Wong pinter diingar-ingar---Si pandai direcoki
Wong ala diuja---Si jahat dimanjakan.
Bandha dadi memala---Hartabenda menjadi penyakit
Pangkat dadi pemikat---Pangkat menjadi pemukau.
Patihe kepala judhi---Maha menterinya benggol judi
Angkara murka ngombro-ombro---Angkara murka menjadi-jadi.
Ukum agama dilanggar---Hukum agama dilanggar.
Wong bener saya thenger-thenger---orang benar makin tertegun.
Wong salah saya bungah-bungah---orang salah makin sorak sorai.
Wong lugu kebelenggu--- Orang yang lugu dibelenggu.
Wong jahat munggah pangkat--- Orang jahat naik pangkat.
Wong wadon ilang kawirangane--- perempuan hilang malu.
Ukuman Ratu ora adil --- Hukuman Raja tidak adil
Akeh udan salah mangsa--- Banyak hujan salah musim.
Wong suci dibenci---Orang suci dibenci.
Wong jahat ditampa---Orang jahat diterima.
Akeh wong dakwa dinakwa---Banyak orang saling tuduh.
Selot-selote mbesuk wolak-waliking jaman teka---
Lambat-laun datanglah kelak terbaliknya jaman.
Jaman inilanh yang disebut Goro-Goro
Ya semoga seusai dengan terjadinya Goro Goro
Akan ada satu keajaiban dariNya tuk bisa Noto NegoroMenuju kemakmuran ,.........................
Gemah ripah loh jinawi tak lagi hanya dalam angan,............

Selasa, 20 September 2011

"Senandung Lir Ilir VS MERDEKA "

Lir ilir lir ilir tandure wong sumilir
Tak ijo royo royo
Tak sengguh panganten anyar .....
Senandung tembang yang eyang kakung ajarkan padaku
Sampai kini masih sering ku lantunkan di sela sepiku
Meski ku harus menghela nafas panjang
Di sela nada nada yg ku nyanyikan
Bagaimana tanaman bisa hijau
Bila benih yg ditabur adl kedzoliman
Dan berpupuk ketamakan

Ya eyang,,,.....
Seekor tikus saja di  jaman sekarang
Bisa mati di dalam lumbung pangan sendiri
Eyang,,,,,ku hanya bisa tersenyum getir
Kala mengadu mukadimah
Dari tembang eyang kakung dgn kenyataan ini
Bayangan gemah ripah loh jinawi
Seketika lenyap terlalap api

Demikian juga dengan sebait kalimah dari romo tercinta
Wes pancen wolak-waliking jaman
Amenangi jaman edan
Yen ora edan ora keduman
Sing waras padha nggagas
Sekilas namun cukup untuk memompa akal sehatku
Inggih leres  romo,,,,,,
Sing waras kudune podho nggagas
Yen ora nggagas,biso dadi menungso sing nggeragas
Dan aku tau romo takkan suka bila melihatku jadi seperti itu

Namun pagiku tersentak kala ku dapati gema pekik "MERDEKA"
 Merebak di dirgantara yang tersenyum indah
Merdeka memang, karena penjajah asing memang tlah hijrah dari maetalaku
Namun penjajah tetaplah penjajah, serupa walau tak sama
Gemulai tarian korupsi kian mesra saja berduet dengan dedau tak bernurani
Akkhhh,,entahlah yang jelas di hari Kemerdekaan bangsa ini
Ku kan tetap bersenandung Lir illir sebagai tajuk hari
Dan melantunkan sebuah doa suci
Semoga ibu pertiwi tak menangis lagi

Yang jelas, ku bangga melihat sang saka yang masih setiaBerkibar di negriku tercinta

Kisah di suatu senja

Senja memang di ambang petang
Kala kembali ku susuri jalan ini
Masih dengan kenangan dalam pangkuan
Rasa haru melindap perasaan
Belum usai ku kabarkan pada bunda
Tentang warta yang ku bawa dari kota tua
Harus ku kemasi butir butir sang tirta
Yang tertahan sejak beberapa waktu lalu
Lembaran lembaran yang ku kumpulkan
Harus berserakan dan berantakan
Akkhhgg,,,rupanya hembus sang bayu
Masih saja setia mencuri senyum bahagiaku
Bunda,,,maafkan nanda
Jika kisah bahagia untukmu harus ternodai
Oleh derai kristal beningku,.....

Jauzaaku

Jauzaaku tetaplah baahirah dijelaga malamku.
Terangi gulitanya jalanku yang penuh onak & duri.
Raasiyahlah laksana jauharah di dasar ernawanya.
Meski kecipak ombak terus menggoyahkan kewirawananmu.
Salaam yaa salam tuk pemilik alam.

Murka kembara

Anila kembara pengawal kembang para dewa
Silap memang ku curaikan,,atas palawa jalang
Pada gugusan bintang,....
Keterdiaman yang kau taswirkan
Laksana tikaman cendrasa baginda rama

Mojopahitku

Dihampar gulungan gulungan lontar
Disana tlah tertuang sebuah karmawedha
Atas kidung asmaradhana yang pernah ada
Diantara reruntuhan puing istana
Mojo ku yang pahit,...
Tak lagi terkecap rasanya
Setelah sekian abad terpendam kisahnya
Mojo Pahitku,bersemayamlah dalam damai kasihNya
Pun bagimu baginda raja,
Gayatrimu masih menuntaskan pertapaannya
Kelak di swargaloka kita kan bersua

Kidungku

Tiada mampu ku taswirkan.
Atas endracapa yang kau lukis dilangit senja.
Tertunduk wajah diantara tengadah hasta.
Berharap butir aksamalaku kan sgra menggala.
Dan ciptakan baahirah digulitanya madyapada.
Salam yaa salaam tukmu semesta alam.

Aksara di Tapal Batas

Senja telah meretas diambang batas
Bergemingku di tapal batas
Atas semua kenangan yang kan terhempas
Luh memang mulai mengalir deras
Namun sudah tiba masanya bagiku tuk mentas
Meski kisah belum sempurna tuntas
Tiada hutang tiada berbayar berharap semua kan impas
Kisahku,kisahmu,kisahnya,kisah mereka dan dia
Abadilah dalam sebuah album kenangan
Yang kan ku bawa turut serta pada satu kehidupan
Andai kita semua sadar,
"Jika tiada suatu yang kebetulan"
Pun tentang cerita yang pernah singgah pada satu
Pertemuan antara para jalma tiada duga dan kira
Pahami hidup ini indah kawan,,
Meski kadang terselap duka diantara suka
Usah gundah gulana,karna semua tiada yang kekal dialam fana
Afwan atas aksara yang pernah menari liar bagai ular
Afwan atas kelakar yang kadang tak bertuar
Afwan atas kabar yang terbawa burung camar
Afwan bila pesoja sang putri tlah sihirmu ditengah ambar
Salam ya saalamm,tuk mu kawan
Semoga kita dipertemukan dalam keadaan fitri
Tanpa suudzon ataupun rasa benci ,.......

sajak singkat

Masihku tergugu diantara butir aksamalaMu...
Sedang kelakar sang waktu masih terus mencemooh karmawedhaku.
Petah benar Kau dulang kisahku.
Bagai kembara yang menyusuri setapak berliku.

Vandalkah ??

Telah kau tiupkan sangkala Dewadatta pada dinding sunyiku.
Kau satroni bilik bilik mimpi juga ruang imaji.
Terhenyak,tersentak aksara bisuku.
Apa sebenarnya yang hendak kau cari duhai Kurunanda ?
Tak ku ingini kau nuksma serupa vandal atas kusumaku
Usah ciptakan cabuh digeladriku.
Karena tiada pernah ku jamah tuar tuarmu yang demikian magrurnya.

Zaahirahnya wajah Dhuha

Zaahirahnya dhuhaMu diantara gemerlap madyapada
Telah menawan hatiku tuk bercengkrama
Tersungkur dlm syukur bersama butir aksamala
PadaMu ku haturkan eufoni cinta...
Salaam ya salaam

Rehat

Mandala jingga kian samar biasnya.
Bersandar ku pada dinding sunyi.
Tuk lepas lelah yang membebat raga.
Ah,angkuhnya hembusmu...
Hingga tiada melata lagi diserambiku.

Kerinduanku

Tiadakah mereka dengar syahdunya kidung semesta untukNya
Meregat semua dimensi dan sendi kehidupan di jagad buana
Memenuhi pundi pundi kehampaan dengan butir butir kedamaian
Ya ,, berdenyut jantungku penuh selaksa rasa
Kala terlafadzkan asmaNya di tiap hela tarikan nafas yang ada
PadaMu selalu ku merindu ,.....

Ku cari jalanMu

Waktu seolah tiada lagi di bumi
Tiada suara ataupun tawa
Hanya desis sang bayu menyapu bumi
Menapak tilas diri, melayangkan imaji
Tuhan,,kemana para penghuni jagad ini
Telah terlelapkah mereka
Atau tengah menganyam lembaran doa
Di atas hampar sajadah tua
Mengapa netraku selalu saja terjaga
Di tengah malam buta seperti yang sudah sudah
Mengapa pula nalar ini tak pernah berhenti
Tuk selalu mencari dan mencari jalan menuju singgasanaMu
Walau kabut selalu menghalangi pandanganku
Mengapa Tuhan ??? Mengapa ???

Menyerahkah ???

Mestinya kau singkirkan tuar tuar kering itu
Bukan malah menghantamku dengan pawaka sang brahma
Akkhh,,,kau !!
Akan menyerah kalah kah pada pranalamu
Lalu bagaimana dengan prasasti yang tlah kau pancangkan di kismaku
Hendak kau jadikan nisankah ia di atas semaku ?? . . . . . . . .

Sajak Mayangku

Semburat lembayung telah larut dalam senja
Padanya ku titipkan hati yang mulai renta
Melalui deret aksara yang bertabur di jagad maya
" Ya,mungkin inilah bangkai kenangan cinta !!!
Perlahan di gerogoti rangkaian gelisah
Apa kabar mayangku ???

Sajak sajakku kini sudah kembali seperti semula
Berbau tanah seperti awal aku bermula
Berbicara dengan senyum pahit tak terbaca
"JALANG" kerap kali kau disapa kala bersua
Sedang pahatan puisi tiada rayu pada sesiapa
Akkhh,,naifmu bak bedebah beraroma sampah
Terlalu banyak basa basi kau hamburkan disana sini
Jujur saja,bila kau ingin senggamai pemahamanku
Usah gagahi metaforaku dengan rasa lapar dan kegilaanmu
Sebab ku mulai muak tiap kau jilat berandaku
Dengan senyum manis jalma berhati iblis

Mengerang demi anakmu

Desah malam masih saja menyayat hati
Bersama tikaman pada raga indah di ujung sana
Mereka tiada nampak cantik lagi
Seiring tersapunya rona gincu dari bibir seksinya
Terkulai ia menimang mimpi di bawah pangkuan rembulan
Bersama aroma busuk lelaki berpori legam
Ahh kau,,ciut hatiku melihat mu
Padahal esok kau harus memasak dengan riang
Demi anak anakmu yang perutnya tak lagi mengembang

Bersamamu selalu ku rindu

Senandung alam bertabur kalam
Bersama malam erat tanganku kau genggam
Hanya rinai luhku yang mengalun syahdu
Meski tanpa nada mampu getarkan qalbu
BersamaMu selalu ku rindu..
.

Damailah dalam dekapNya

Sejak ragamu tertimbun pusara
Sejak itu warna kelopakku pun berubah
Smoga kau damai dalam persemayamanmu disana
Maaf belum bisa ku kabulkan permintaanmu kala itu.
Ternyata tak mudah mendapatkan penggantimu....
Hanya butiran butiran doa yang setia menemani sunyiku.
Bahagiaku pernah Ia hadiahkan cintamu dalam hidupku.
Walau akhirnya Ia memanggilmu menghadapNya.
Ikhlasku kau ada dalam dekap kasihNya.
Damailah kasih,
Kelak dikehidupan yang lain kita kan bersua

Koar sang laknat

Kita adalah orang orang yang fasih mencipta sejarah
Mulai dari kisah roman picisan hingga kisah tragis beraroma darah
Tanpa upacara penyucian dosa mulai kau telanjangi aksaraku tanpa iba
Haram Jaddah,,sang laknat mulai berkoar bak seorang pandita
Heningku bukan segan tuk tertusuk ujung penamu
Sungguh ku nikmati kelakarmu yang terserang busung lapar
Sudahlah,,tak ingin ku kotori telaga kesabaranku
Dengan murka sang durga atas celotehmu tanpa rupa

hanya Dia

Ku bukan Khumairah pemilik sumur kesabaran
Ku pun bukan Monalisa pemilik paras rupawan
Namaku pun tak seindah madah,ku hanya seorang hamba
Lengkap dengan semua atribut yang ada dalam diri
Yang jauh dari sempurna atau tak sehebat dirimu disana
Apapun penilaian tentangku,tiada ku risau karenanya
Karena hanya Dia yang maha mengetahui tentang umatNya

Senin, 12 September 2011

Penaku ucap istighfar

Bedhaya pena tanpa tinta gemulai meliuk di tengah gulita
Tanpa nada ataupun irama hanya sekedar ikuti imaji saja
Tanpa sadar goresan terkadang liar mengular
Jeda sesaat tuk hela nafas seraya ucap istighfar
Telaga kembar kini tercipta di hampar mata
Tanpa nama ataupun sapuan arna

Jumat, 09 September 2011

Kremasi mu

Gelinjang asmara di bingkai retak aksara
Patah sudah kokoh pilar hati sang pujangga
Berlalu,pergi
Membakar diri dalam sepi
Sungguh tiada ingin ku lihat kau di kremasi
Sebab terlalu indah warugamu dijilati bara api
Sedang hidungku masih terlarang
Tuk mencumbu aromamu yang mulai jalang
Akkhhg,.....

Hei kau,

Hei kau yang disana,
Sengaja ku pergi tanpa kata
Agar kau tak cegah ku melangkah
Jangan sebut aku manusia pongah
Hei kau,,
Pantaskah kau sematkan sebuah serapah
Pada sebuah jiwa yang masih bersemayam indah
Di kedalaman palung hatimu
Kau ,...
Tak bisakah kau baca isyarat yang ku kirim padamu
Adakah terselip senyum nikmat atas parasku
Tanpa kau tau,pergiku sambil mengusung sebuah luka
Yang ku balut tanpa keluh kesah ataupun suara
Hei kau,,
Mengapa masih merajamku dengan batu api neraka
Tak cukupkah kucuran darahku yang tertira
Sebagai persembahan atas sebuah kisah
Sadarkah kau,kelak semua ini kan jadi sejarah

Jadilah padaku menurut kehendakMu

Moksa memang waruga nan jelita
Namun tiada habis kisah yang kan tercipta
Bukan kehendak sesiapa,
Mungkin inilah irodatNya atas palung jiwa
Ya Illahi rabbi,
Sujudku padamu penuh segenap rasa
Tiada sangka dalam hidup yang tak sempurna
Kau buatku bisa menikmati semua cerita
Pahit manis tiada berbeda
Sebab ku tau,semua sudah jadi mauMu
Jadilah padaku menurut kehendakMu