Sabtu, 20 Agustus 2011

Bukalah Mata mu Untukku ,............

Malam itu sebuah pesan singkat masuk di ponselku “ Dinda, tolong jaga dua malaikat kecilku. Aku titipkan mereka padamu. Kakak, mau pergi sebentar. Aku percayakan mereka padamu. Rawat mereka baik baik,sayangi mereka seperti anakmu sendiri. Terima kasih Dinda. Salam sayang- Lea “.
Apa maksud dari isi pesan Kak Lea ??  Mau pergi kemana ia dengan perutnya yang sudah membuncit itu ? Dan kenapa tiba tiba perasaanaku mendadak tidak enak begini. Ah,mungkin lebih baik aq bertanya saja langsung pada Kak Lea. Apa maksud Kak Lea.
“Kak Lea,emang kakak mau pergi kemana ?? Dinda masih di luar kota kak. Dua hari lagi Dinda baru akan pulang” begitulah sebaris pesan yang aku kirim pada Kak Lea.
Namun sudah 24 jam dari waktu aku kirim pesan. Belum juga dapat balasan. Aku tak kehabisan akal. Aku akan bertanya pada Ibu atau Mas Bara saja. Ya,Mas Bara kakak iparku itu pasti tau sesuatu. Tapi Mas Bara tak juga menjawab telponku. Aku akan cari kabar lewat Ibu saja kalau begitu.
“ Halo,,Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam” Jawab suara di seberang sana
“Ibu, DInda semalam dapat pesan dari Kak Lea. Kak Lea menitipkan anak anaknya pada Dinda. Memangnya Kak Lea akan pergi kemana bu ? Gak biasanya Kak Lea berkirim pesan begini. “ Tanya Dinda.
“ Oh,,Kak Lea.  Ada kok cah ayu. “ Jawab Ibu
“ Tapi kenapa Kak Lea gak membalas pesan DInda ??”
“Mungkin kakakmu lagi kehabisan pulsa sayang” Terang IBu
“Aneh,,kan bisa saja kak Lea pinjam ponsel mas Bara untuk membalas pesanku” Protes Dinda
“Ya,mungkin kakakmu sedang sibuk dengan anak anaknya. Kamu maklum sajalah.”
“Ohh,begitu. YA sudah kalau begitu. Bu,dinda akan pulang besok. Ibu minta oleh oleh apa ?? “
“Ndak usah nduk,kamu gak usah bawa oleh oleh apapun. Kamu cepat pulang saja ya”
“BAiklah bu,yakin Ibu gak mau oleh oleh apapun ???” Tanya Dinda setengah tak percaya
“Iya nduk,kamu cepet pulang saja ya”
“Iya bu,Dinda akan segera pulang kok. Baiklah bu,Dinda tidur dulu kalau begitu. Daaagh ibu,Assalamualaikum”.
“Waalaikumsalam”. Jawab IBu
Kata kata Ibu sedikit bisa menenangkan hatiku. Tenang ??? Ahh hatiku ternyata belum tenang sepenuhnya. Ku lirik jam di ponselku sudah pukul 01.30 wib. Dan aku masih belum bisa memejamkan mataku. Dan kenapa wajah Kak Lea selalu menari nari di pelupuk mataku. Ada apa ini sebenarnya ???
Bagaimanapun aku tetap harus tidur,karena besok akau akan pulang kembali ke kotaku. Semoga Kak Lea baik baik saja disana. Aku berusaha memupus rasa gelisahku sendiri.

- - - - - - - - - - - - - - - - - -

Hari ini tepat pukul tiga sore,aku berangkat menuju kotaku tercinta. Seusai aku selesaikan tugasku dikota ini. Dan lagi lagi bayangan wajah Kak Lea kembali terbayang.
“Kenapa aku selalu saja teringat wajah Kak Lea ?? Ada apa dengan kakakku tersayang???” Tanyaku dalam hati. Tak seperti biasanya. Perjalananku keluar kota kali ini benar benar tidak seperti biasanya. Seolah ada yang mengganjal dalam pikiranku. Tapi aku sendiri tidak tau apa itu. Sedang tuntutan kerja mengharuskan aku untuk tetap bisa professional dengan tugasku.
Tak terasa,akhirnya aku tiba juga di rumah setelah lima jam aku menempuh perjalanan.
Setiba di rumah,aku perhatikan semua baik baik saja. Dan tak terjadi sesuatu apapun. Mungkin hanya perasaanku saja yang khawatir berlebihan terhadap kak Lea. Penat rasanya tubuhku,saatnya aku beristirahat.
“Dinda,kamu makan dulu sana nduk” Ucap ibu saat masuk ke kamarku
“Nanti saja bu,Dinda belum lapar. Dinda mau istirahat saja. Dinda lelah banget sekarang”
“Ya sudah,kamu  tidur saja nduk”.
“Iya bu. Bu,Dinda besok mau pergi ke rumah Kak Lea. Dinda kangen sama kak Lea dan anak anak. Kemarin Dinda belikan Dito dan Tania oleh oleh” Kata Dinda.
Ibu seperti terperanjat saat mendengar kata kataku. Ibu duduk di sampingku.
“Iya,pergilah temui kakakmu juga keponakanmu yang lucu lucu itu. Sekarang kamu istirahat dulu ya nduk” JAwab Ibu
“He’em. Met malam bu” Kata Dinda seraya memeluk Ibu
“Ya, met malam cah ayu” Sahut Ibu sambil mencium kening Dinda.
- - - - - - - - - - - - - - -

Pagi yang kunanti telah tiba,aku bergegas merapikan barang bawaan yang akan ku bawa ke rumah Kak Lea.Tapi sebelumnya aku isi perutku dulu dengan sepotong kue bakar buatan ibu. Tiba tiba ibu menghampiriku di ruang makan,saat aku selesai sarapan.
“Dinda,Ibu mau bicara sama kamu. Penting nduk” Kata ibu
“Ada apa bu ?? Apa gak bisa nanti saja bicaranya. Setelah Dinda pulang dari rumah Kak Lea ???”
“Nggak bisa nduk,Ibu harus bicara sekarang” Mimik muka Ibu tampak begitu tegang
“Ibu kenapa ??? Seperti ada sesuatu yang serius begitu ??? “ Tanya Dinda
“Nduk,kuatkan hatimu ya Cah ayu. Sebelumnya Ibu minta maaf,karena tidak memberitahu kamu tentang ini. Kakakmu sebenarnya tengah terbaring di rumah sakit. Dia koma sudah tiga hari ini” Jelas ibu sambil terbata bata.
“Apaaaaa !!” Tanyaku, tak percaya.
“Iya nduk,kami semua sepakat tidak memberitahu kamu sampai kami mendapat waktu yang tepat utk memberitahu kamu. Sebenarnya saat kamu menelpon ibu dan menanyakan kabar ttg kakakmu. Yang tidak ada membalas pesanmu. Saat itulah Kakakmu tengah dilarikan ke rumah sakit. Dan rupanya sesaat sebelumnya dia sudah mengirim pesan padamu ketika dia masih dalam keadaan sadar. Ada masalah dengan kandungan kakakmu. Lea terpereset di kamar mandi saat memandikan Tania. Dia mengalami pendarahan hebat. Dokter akhirnya melakukan operasi cesar. Namun kakakmu sampai saat ini belum juga sadar. KAmi semua juga mengkhawatirkan keadaanmu. IBu,Ayah juga mas Bara sepakat untuk bungkam,dan baru sekarang Ibu cerita padamu kejadian yang sebenarnya” Urai Ibu di sela airmatanya yang berlinangan.
“YA Allah,,kenapa ini ??” Tangisku pun pecah.
“MAafkan Ibu nduk,Ibu juga mengkhawatirkan kesehatanmu. KArena itu ibu tidak segera memberitahumu. “ Kata ibu sambil memelukku.
“Ibu,,kenapa harus kak Lea ??? Kenapa Gusti !!” Teriakku histeris,,,
“Nduk,istighfar. Tenangkan dirimu sayang. Kakakmu sudah pasrah atas apapun yang terjadi. Sesaat sebelum dia menjalani operasi kakakmu menitip surat pada Ibu. Apa kau mau membacanya???” Kata Ibu,sambil berusaha menenangkan diriku
“Surat ??? Surat apa bu ??? MAna suratnya ???”
“Tapi kamu harus tenangkan dirimu dulu,nduk. Ini suratnya” KAta ibu.
Dengan tergesa aku sobek amplop surat itu. Ku coba membaca isi surat itu meski airmata telah mengaburkan penglihatanku.


Dear Dinda,,
Dinda,kakak akan pergi dulu. Tolong rawat Dito dan Tania baik baik. Tinggallah di rumah kakak agar kamu bisa lebih mudah mengawasi mereka. Kakak sudah membicarakan hal ini dengan mas Bara,dan mas Bara juga sudah setuju dengan usul kakak. Kakak serahkan mereka padamu. Kakak yakin dibawah pengasuhanmu mereka akan jadi anak anak yang baik. Sayangi mereka seperti anakmu sendiri. Kakak sudah minta pada mereka. Agar saat kakak pergi nanti,mereka tak lagi memanggilmu tante. Kakak minta sama mereka untuk memanggilmu Bunda. Kakak harap kamu tidak keberatan dengan nama panggilan itu.
Dinda,kakak tidak tau untuk berapa lama kakak akan pergi. Yang jelas,hati kakak sekarang sudah tenang. Karena kakak sudah menyampaikan semua nya padamu. Buat kakak bangga padamu adikku. Masih ingatkan dengan kata katamu : Bahwa apapun yang terjadi pada kita semua adalah kehendak dariNya. Jadi kakak mohon bila terjadi apa apa dengan kakak suatu hari nanti. Kamu bisa jelaskan itu pada semua orang. Jaga kesehatanmu adikku,kamu harus punya energi ekstra untuk mengasuh anak anak. Kakak yakin kamu cukup tangguh walau kamu sendiri tengah sakit. Bila kau sudah siap untuk jalani operasi,lakukan segera agar kamu juga cepat sembuh dan tidak mudah sakit.Ku yakin kau pasti mampu menaklukkan ketakutanmu terhadap meja operasi. Kamu juga jangan suka telat makan adikku. Aku tak suka melihatmu sakit sakitan sayang. Yang rajin sholat 5 waktunya juga puasa sunnahnya adikku, Jaga dirimu baik baik,. . . . . . . .

Salam sayangku,,
Kak Lea

“Kak Lea,,, !!!” Jerit tangisku kian menjadi jadi saja.
“Dinda,Istighfar nduk. Istighfar” Teriak Ibu sambil memelukku erat
Gelaapp,sekelilingku mendadak jadi gelap seketika. . . . . . . . . .  .

Sesaat kemudian ku dapati diriku sudah terbaring di tempat tidur. Ibu duduk disampingku sambil menggenggam erat tanganku.
“Nduk kamu sudah bangun rupanya ??”Tanya Ibu
“Ada apa memangnya bu ??” Tanya Dinda
“Kamu tadi pingsan sayang”
Dinda hanya terdiam membisu,masih seperti mimpi saja rasanya. Apa yang tadi sudah dialaminya. Kak Lea,,yah aku ingin jenguk kak Lea.
“Bu, Dinda ingin liat kak Lea di rumah sakit. Dinda ingin berdoa di samping Kak Lea “
“Iya,Ibu akan ijinkan asal kamu janji harus kuat. Ibu tadi sempat menelpon mas Bara. MAs Bara ada disini bersama anak anak. Jangan tunjukkan kesedihanmu di hadapan anak anak.”
“Baiklah Bu,Dinda janji akan kuat Bu”
“Ayo sekarang kita keluar,anak anak sudah menanyakan kamu sejak tadi. Mereka sudah tau kalau mamanya di rumah sakit. Mereka juga sering jenguk mamanya”
Dinda segera bangkit dan bergegas keluar kamar. Dan benar saja kata kata Ibu,anak anak segera berhamburan memeluk Dinda.
“Bundaaaa,,Tania kangen sama bunda” Teriak Tania
“Iya bunda, Dito juga” Sahut Dito
“Iya sayang,bunda juga kangen sama kalian “ JAwab Dinda
“Eh,bunda punya oleh oleh buat kalian. Ayo kekamar bunda yukk. Kita ambil oleh oleh buat kalian. “Kata Dinda
“Ayookkk “ JAwab Dito dan Tania bersamaaan.
Sesaat Dinda tenggelam bersama keceriaan anak anak. Kala anak anak tengah sibuk dengan  oleh olehnya. Dinda coba berbicara dengan mas Bara tanpa sepengetahuan anak anak.
“Pa kabar Din ?” Tanya Bara
“Kabar baik mas. MAs Bara bagaimana kabarnya ???”
“Ya beginilah aku Din,Aku harus kuat dan tegar demi anak anak. Aku tak boleh larut terus dalam duka ku”
“Iya benar mas,kita harus tegar dan kuat menerima semua ini. MAs, Dinda pingin jenguk kak Lea sekarang”
“Aku juga mau kesana,kamu bareng saja sama aku. Anak anak juga mengajak jenguk mamanya. Kita berangkat saja sama sama ya”
“Baiklah mas,Dinda siap siap dulu ya”.
Akhirnya kami berangkat bersama ke rumah sakit. Sampai di selasar rumah sakit semua sendiku terasa ngilu. Membayangkan keadaan kakakku. Namun aku berusaha tuk tegar. KArena Dito dan Tania yg dari tadi tampak begitu ceria. Mereka menggandeng kedua tanganku. Seperti aku ini ibunya saja. Sejenak ku pandangi wajah mereka berdua yang jauh dari duka.
Sesampai di depan kamar kak Lea,MAs Bara meminta anak anak untuk melihat ibu mereka hanya dari kaca jendela. Dari kaca itu Nampak jelas raga ayu yang terbujur kaku.Ku pandangi tubuh itu penuh haru. Tak terasa bulir bulir hangat itu mengalir deras di pipiku.
Mas Bara menepuk bahuku, “ Masuklah jika kau ingin,aku akan disini saja bersama anak anak. Karena hanya satu orang saja yang di perbolehkan masuk. Kuatkan hatimu Din,demi anak anak,aku mohon” Pinta mas Bara.
“Insyaallah mas,Dinda akan berusaha kuat. Baiklah,Dinda masuk dulu ya mas”. Dinda pun bergegas masuk ke kamar Lea.
Perlahan Dinda membuka pintu kamar. Dengan dada berdegup kencang,dia mendekati raga Lea. Mendadak sekujur tubuhnya terasa kaku bagai sebatang kayu. Nadinya seketika tersiap kala matanya semakin lekat menatap tubuh ayu itu.
“Kak Lea,,,……” Tangis Dinda pun pecah
“Maafkan  Dinda kak, Dinda tak tau kalau kakak seperti ini” Teriak Dinda histeris. Hingga mengundang petugas rumah sakit untuk datang mendekatinya.
“Bu,tolong tenangkan diri anda. Jangan mengeluarkan suara gaduh disini. Jika tidak,kami terpaksa akan meminta ibu untuk meninggalkan ruangan ini dengan segera” Kata slah seorang petugas.
“Iya Pak,,maafkan saya pak. Tolong biarkan saya disini sebentar menjenguk kakak saya.”Kata DInda
“Baiklah asal ibu  berjanji untuk bisa tenang. Akan kami persilahkan”
“Terima kasih pak” Jawab Dinda
Sesaat Dinda melirik kearah Mas Bara dan anak anak. Tampak raut muka mas Bara yang sedikit khawatir padaku. Dan anak anak,mereka melambaikan tangan padaku sambil tersenyum. “Ya Allah,apa yang sudah aku lakukan. Jika anak anak dan Mas Bara bisa begitu tegar. Kenapa aku justru yang seperti ini. Kuatkan hatiku Ya Rabbi,aku mohon” Bisik Dinda dalam hati.
Usaha Dinda tuk menenangkan dirinya tak sia sia. Kini dia mencoba mendekati lagi tubuh Lea. Dinda menggenggam tangan Lea. Seolah Lea tersadar dari tidur panjangnya. Dinda mencoba berbicara pada Lea. Dengan harapan Lea bisa mendengarkan suaranya.
“Kak Lea,maafkan Dinda kak. Saat kakak sedang kesakitan,Dinda tak ada di samping kakak. Surat yang kakak titipkan pada Ibu sudah Dinda baca. Dinda tak keberatan untuk mengasuh anak anak. Dinda malah senang bisa ada di dekat mereka. Kakak tak usah cemas,Dinda akan jaga mereka seperti kakak menjaga Dinda. Asal kakak tau,kami semua selalu berdoa untukmu kak. Menanti kakak hadir di tengah tengah kami semua. DInda janji,jika kakak mau membuka mata lagi. Dinda akan jalani operasi kak. KArena Dinda ingin ,kakak temani Dinda saat operasi nanti. Berjuanglah kak,kami semua menyayangimu.
Kak, Dinda harus segera pergi dari sini. Karena waktu yang di berikan petugas sudah habis. Dinda akan sering sering datang jenguk kakak. I Love u sista, . . . . . . . “ Ucap Dinda mengakhiri kata katanya diiringi derai airmatanya.
Dengan berat hati Dinda harus beranjak pergi meninggalkan Lea. Sesampai di ujung pintu,Bara menyambutnya dengan raut muka sedih.
Nampak Bara menghela nafas panjang “Kamu baik baik saja kan Din ?”
“Iya mas,Dinda baik baik saja” JAwab Dinda
“Bunda,bunda kenapa kok menangis ??” Tanya Tania tiba tiba
“Ohh nggak,bunda lagi kelilipan tadi” Jawab Dinda tergopoh gopoh seraya menyeka airmatanya.
“Adek,bunda lagi sedih mungkin liat mama lagi sakit” Jawab Dito
“Ah nggak kok sayang. Beneran bunda tadi kelilipan matanya”Jawab Dinda.
“Ayo anak anak,sekarang kita pergi jalan jalan yukk” Ajak mas Bara
“Horeee,,kita jalan jalan ya Pa” Teriak Tania kegirangan.
“Ayo Pa,kita pergi ke Taman Ria saja. Sudah lama kan kita gak pernah kesana” KAta Dito
“Tapi Tanya dulu sama Bunda. BUnda bagaimana,mau gak kalau kita jalan jalan ??? “ Tanya Mas Bara.
“Ohh,,mau dong. Ayuuk”. Jawan Dinda
“Bunda,,gendong Tania dong Bunda”rengek bocah yang masih berusia 3 tahun itu
“Ayo,,siapa takut” Jawab Dinda seraya tersenyum.
“Eh tunggu dulu. Say goodbye first to your mommy” Kata Dinda
Anak anak segera berpamitan dengan Kak Lea melalui kaca jendela,sebelum kami beranjak pergi. Senja itu memang tak lagi jingga. Namun tak seharusnya aku berduka. “Apapun yang terjadi semua adalah kehendakMU. Ya Allah,segera kembalikan Kak Lea ke tengah tengah kami lagi.  Aku mohon Ya Rabbi,kembalikan dia,. . . . . . . . “Bathin Dinda dalam hati.








Langit yang mendung seakan turut menaungi hatiku yang semakin galau. Perih rasa hati ini mengingat semua  yang telah terjadi. Seakan selalu melintas di depan mataku, bayang – bayang wajahnya yang sarat duka. Walau sekuat tenaga aku berusaha untuk meyakinkan diriku bahwa semua ini hanyalah mimpi. Yah… ini bagian dari salah satu mimpi burukku. Dan aku berharap agar lekas terbangun dari tidurku. Tapi tidak ….!
Ini bukan mimpi, ini nyata, Arya-ku telah pergi. Dan takkan pernah kembali dia telah berpulang menghadap Sang – Khalik. Tanah merah ini masih basah. Aroma bunga seakan menyeruak di udara menusuk seluruh sendiku. Aku terdiam tak lemas tak berdaya. Tersimpuh diatas pusara orang yang sangat aku cinta. “Maafkan aku Arya, maafkan aku…” bisikku lirih
“May, ayo kita pulang. Semua orang sudah pergi” Kata Lina
“Nggak lin, kamu pulang aja dulu. Tolong tinggalkan aku disini sebentar, please!” Kataku
“Gak bisa May, aku gak bisa ninggalin kamu sendirian disini. Gini aja, aku tunggu kamu di mobil sampai kamu selesai. Aku khawatir sama kamu May” Jawab Lina seraya membelai pipiku
Aku hanya mengangguk dan memeluk Lina. Tanpa kusadari air mataku meleleh di pipi. Lalu Lina pun pergi meninggalkan aku sendiri. Lagi-lagi aku tersimpuh di pusara ini. Ku peluk batu nisan yang bertuliskan nama Arya Mandala bin Sumantri. Ku panjatkan doa tulus untuknya. Semoga Tuhan mengampuni semua dosa-dosanya dan menerimamu di sisi-Nya. Amin…..
“Selamat jalan sayang. Selamat tinggal cintaku…” bisikku lirih sambil kukecup lembut batu nisannya.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu. Tak terasa tiga bulan sudah sejak kepergian Arya, tapi semua seolah baru terjadi kemarin. Dan aku masih tak bisa menghapus semua kenangan-kenangan yang telah terukir indah. Apalagi setiap saat aku memandang semua benda yang ada di kamar ini. Benda-benda yang mengandung arti terdalam dari sebuah ikatan. Aku masih saja merasa kalau Arya ada di sisiku menemani aku. Ku peluk erat foto Arya. “Aku kangen sekali sama kamu Arya. Aku kangen kamu sayang…” Akhirnya tangisku pun pecah.
Tok tok tok! “Maya, apa kamu sudah tidur Nak!” Tanya bunda sambil mengetuk pintu
Aku tersentak, seketika ku hapus air mataku. Aku tak mau bunda tahu kepedihan batinku selama ini. “Belum bunda, memang ada apa?” Balasku bertanya
Aku membuka pintu kamar. “ Ada yang mencari kamu. Katanya teman kuliah kamu” Jelas bunda
Aku mengernyitkan dahi “ Siapa bunda namanya ?”
“Waduh May, bunda lupa bertanya tadi. Yang jelas laki-laki, perawakannya tinggi berkulit kuning bersih. Ya sudah sekarang kamu temui aja dia. Nanti dia kelamaan nunggu “ Pinta bunda
Aku bergegas menuju ruang tamu. Disana kulihat ada sesosok pria yang sudah beberapa tahun belakangan ini tak pernah kulihat.
“Hai, May?” Sapa pria itu sambil menjabat tanganku. “Apa kabar?”
“Baik, Kamu sendiri bagaimana?”Aku balik bertanya
“Seperti yang kamu lihat aku sehat wal afiat” Jawabnya sambil tertawa renyah
“Aku kira kamu sudah lupa sama aku Fer?”Tanyaku sambil tersenyum tipis
“Bukan Ferdi Irawan, namanya kalau bisa ngelupain kamu May? Karena gimanapun juga kita masih best friend kan?” Balas Ferdi. “ Kamu sendiri gimana? Oh iya May, aku turut berduka cita atas….”
“Gak usah diteruskan Fer. Ntar malah bikin aku teringat dia lagi” Sergah Maya
“By the way, kok tumben  Fer kamu main kesini?”
“Kenapa non?? Emang gak boleh? Ya udah kalo gitu aku pulang aja.” Jawab Ferdi
“Ee..e..e.. gitu aja kok sewot. Aku kan cuma bercanda kok Fer” Sahut Maya tersenyum di iringi tawa Ferdi.
“May, aku mau minta tolong kamu. Rencananya aku mau ngelanjutin kuliah disini. Dan setelah kupertimbangkan, aku putuskan saja untuk ngelanjutin di kampus kamu aja. Karena nanti aku bisa langsung ambil program S-2 nya sekalian disitu. Tapi masalahnya, aku gak punya kenalan sama sekali di Universitas tersebut. Dan yang pasti urusan administrasi jelas akan berbelit”
“Oo begitu, ya udah kamu tenang aja. Aku pasti bantuin, pokoknya kamu siapkan saja persyaratan yang dibutuhkan. Ntar, sisanya biar aku yang urus”
“Beres Bos” Jawab Ferdi seraya menempelkan tangannya di keningnya.
“Apaan sih Fer? Emangnya aku bos kamu?” Di iringi tawa keduanya.
Hari pendaftaran mahasiswa baru pun dimulai. Dan kesibukan Maya mulai membuatnya sedikit demi sedikit mengikis kenangan tentang Arya. Walaupun setiap satu minggu sekali dia selalu menyempatkan diri untuk ke makam Arya. Setidaknya, Maya mulai bisa bangkit kembali untuk menata hidupnya. Maya mulai rajin mengikuti perkuliahan yang sudah hampir ditinggalkannya.
“May, ntar malam kamu ada waktu gak?” Tanya Ferdi
“Memangnya ada apa?”Jawab Maya
“Aku ingin ngajak kamu jenguk teman aku yang lagi sakit. Dia udah seminggu ini gak kuliah. Kamu mau, nggak ku ajak?? Ditanya kok malah ngangguk-ngangguk” Tanya Ferdi bersungut-sungut.
“Eh iya,iya. Gitu aja sewot Kakek” Balas Maya seraya tersenyum
“Kakek? Emamng dasar kamu ya. Masa cowok cuakep kayak gini dipanggil Kakek.” Protes Ferdi
“Kamu itu Fer, Fer dari dulu gak pernah berubah. Masih aja cepat naik darah.”
“Mending naik darah daripada makan darah kayak drakula. Ya udah, pulang yuk May!” Ajak Ferdi seraya melingkarkan tangannya di bahu Maya. Dan mereka berjalan berdua keluar kampus.
Pukul 19.00 wib suasana langit sedikit mendung.
“Kamu mau pergi ya May?”Tanya bunda
“Iya bunda. Tapi entah jadi berangkat atau tidak. Karena kok cuacanya mendung”
“Memangnya kamu mau pergi sama siapa?”
“Sama Ferdi, bunda”Jelas Maya
Entah apa yang ada di benak bunda, sekilas kulirik bunda nampak tersenyum tipis. Membuat Maya penasaran.
“Bunda kenapa kok tersenyum gitu?”
“Nggak kok May. Hanya saja, apa kamu nggak merasa ada sesuatu yang aneh dengan hubungan kalian?”
“Maksud bunda antara Maya sama Ferdi? Bunda, bunda,  bunda kan tau sendiri kalau aku masih sayang sama Arya. Lagipula Maya, Ferdi dan Arya dulu itu bersahabat sejak kami masih duduk di bangku SMP. Lagipula Ferdi juga sudah tau kalo Maya berpacaran sama Arya. Jadi nggak mungkin akan ada apa-apa antara Maya sama dia. “ Jelas Maya
“Yah kalaupun nantinya ada apa-apa juga nggak pa pa kok May. Bunda senang lihat kamu ceria lagi biar bagaimanapun juga bunda akan menghargai keputusan kamu. Apalagi ayah kamu, beliau sangat senang dengan perubahan kamu.”
Tok!! Tok!! Tok!! Terdengar suara ketukan pintu
“Itu pasti nak Ferdi, May”Kata ibu seraya membuka pintu
“Malam tante, Maya nya ada tante?”Sapa Ferdi
“Ada. Nak Ferdi sudah ditungguin dari tadi tuh.” Jawab ibu maya sambil tersenyum ramah
“Ya udah, sekalian Maya pamit pergi bunda”Kata Maya sambil mengecup tangan ibunya
“Hati-hati dijalan ya Fer, tante titip Maya”
“Iya tante. Kami permisi dulu.” Seketika keduanya berjalan beriringan.
“May, sori ya aku bawa motor. Karena mobilku lagi masuk bengkel.”
“Gak pa pa Fer. Lagian sudah lama aku gak pernah naik motor sejak……..”Maya terdiam sejenak
“Sejak apa May?”Tanya Ferdi curiga
“Ah gak pa pa. Lupain aja.”
Selama dalam perjalanan Maya terdiam membisu. Entah kenapa ingatannya kembali melayang pada sosok Arya yang selalu memboncengnya dengan Motor kesayangannya kemanapun mereka pergi.  Tiba-tiba batinnya merintih “Arya aku benar-benar kangen sama kamu. Kangen saat  seperti ini. Tapi, keadaan sudah berubah kamu telah tiada. Biar bagaimanapun juga kamu selalu ada dihatiku. Seketika melelehlah air mata Maya. Maya buru-buru menyeka air matanya.
“May, kamu kenapa kok diam saja?Apa kamu lagi gak enak badan?” Tanya Ferdi
“Eh, enggak. Nggak papa kok Fer.”Suara Maya terasa serak
“Lho, kamu nangis May?” Tanya Ferdi seketika menghentikan laju motornya. Maya pun segera turun dari kendaraan. Demikian juga Ferdi.
“Pasti kamu lagi ingat Arya lagi? Iya kan May?” Tanya Ferdi
“Sejujurnya ia Fer, aku masih belum bisa menghilangkan kenangan kenangan bersama Arya” Jawab Maya. “Ya udahlah Fer, kita gak usah ngebahas ini ya? Aku minta maaf udah ngerusak suasana  hati kamu” Lanjut Maya
“ Ah gak kok justru aku yang minta maaf. Nah kita dah Sampai May” . Kata Ferdi
Sepulang dari rumah sakit mereka tidak langsung pulang. Tapi menuju ke suatu tempat.
“May kita makan dulu yuk, perut aku dah mulai nyanyi nih. Mau kan?” ajak Ferdi
“Boleh, dimana kalo di café tempat aku menyanyi dulu. Aku juga kangen sama teman temanku ngeband dulu.” Jawab Maya
“Hm asyik tuh, berarti ntar kamu mau nyanyi kan buat aku. Yah itung itung aku juga pengen dengar kualitas vocalmu” Goda Ferdi sambil tersenyum
“ Maunya !” sahut maya didiiringi tawa keduanya.
Sesampainya di Café. Ternyata banyak teman lama Maya yang masih setia eksis menghibur di Café ini. Maya memperkenalkan Ferdi pada teman temannya. Memang sejak kepergian Arya, Maya sudah menarik diri dari dunia musik yang di gelutinya. Walaupun Arya bukan anak band, tapi Arya sering menunggui Maya saat Maya tampil dalam acara acara. Makanya siapapun teman Maya juga teman Arya.
“ Wah May, gak nyangka aku. Ternyata kamu jadi artis di café ini” Goda Ferdi
“ Itu dulu. Sekarang sudah nggak Fer. Terlalu banyak kenangan bersama Arya, hingga aku putuskan untuk meninggalkan itu semua. Biar aku bisa sedikit demi sedikit mengikis kenangan bersama dia”. Jawab Maya
“May kenangan itu bukan untuk dilupakan tapi untuk diingat saat kita merindukan momen momen indah yang gak mungkin bisa terulang. Kamu harus belajar untuk berpikiran maju. Yang telah lalu gak akan bisa kembali kamu harus memulai semuanya dari awal”. Jelas Ferdi
Maya tak menjawab tapi bergulat dengan hatinya” Benar juga apa yang dikatakan Ferdi. Aku tak boleh hidup dalam bayang bayang masa lalu. Aku harus bangkit dari semua ini”
“Tapi Fer semua butuh proses, aku butuh waktu untuk semua itu” Kata Maya  secara tiba tiba 
“Benar, kamu emang butuh waktu dan butuh seseorang untuk dampingi kamu melalui ini semua. “ Sahut Ferdi seraya menggenggam tangan Maya
Seketika Maya tersentak kaget sontak ia menarik tangannya.
“ Maaf May bukan maksud aku, ah sudahlah” Kata Ferdi
“Aku juga minta maaf” Kata Maya
“May kamu dulu kan mantan penyanyi sini. Nyanyi dong May, Please….”Pinta Ferdi
“Emang kamu mau aku nyanyi lagu apa sih, Fer?”
“Apa aja deh pokoknya aku pingin dengar suara kamu saat nyanyi.” Ferdi berusaha untuk mencairkan suasana
“Baiklah tapi sekali ini saja ya.” Kata Maya seraya beranjak menuju ke atas panggung menghampiri teman temanya.
“Lagu ini saya persembahkan untuk sahabat saya sejak kecil, Ferdi. Semoga kau suka dengan lagu ini” Maya memberikan sebuah sambutan untuk Ferdi.
Tapi dari kejauhan Ferdi membalasnya dengan senyuman” Bagimu aku hanyalah seorang sahabat, tapi aku menginginkan lebih dari sahabat. Andai kamu tahu May, dari waktu kita masih SMP aku sudah suka sama kamu. Andai kamu tahu selama ini aku menunggu kamu May. Aku yakin suatu saat kamu pasti datang padaku. Tapi begitu dalam sekali hatimu terluka. Dan butuh waktu lama untuk menyembuhkannya” Bathin Ferdi
Sayup sayup terdengar suara merdu Maya. “ I cant live, if living is without you. I can’t give, I can’t give anymore………….”
“Suara Maya emang bener bener  dahsyat, pantas saja teman teman ngeband nya ingin dia nyanyi lagi seperti dulu”. Bathin ferdi
Waktu berjalan dengan cepatnya, hingga tak terasa satu semester sudah Ferdi kulaih di kota ini. Tanpa disadari oleh Maya, ferdi telah mengisi hari harinya dengan beraneka warna.
“May, ntar pulang bareng ya?” Kata Ferdi ketika di kantin
“Ya “ Jawab Maya
“Ya udah May aku masuk dulu ya” Pamit Ferdi sambil lalu
Maya  hanya mengiyakan dengan anggukan kepala. Maya yang ketika itu tengah di kantin bersama dengan teman temanya rupanya masih merasa canggung ketika Ferdi ada di dekatnya.
“Wah May, tuh cowok boleh juga. Kenalin aku dong” Pinta Vika
“Huh kamu Vik, gak bisa lihat cowok cakep kayak gitu. Sepertinya dia naksir sama kamu loh May” Kata Sheila
“ Kalian ada ada aja, kita Cuma teman. Kan aku sudah bilang kalo dia itu temanku dari SMP”.Jawab maya
“ Tapi dari teman kan bisa berubah jadi demen May. Gak papa May kayaknya dia cowok yang baik kok, kamu jadian aja ama dia” Goda Sheila
Tiba tiba pandangan Maya menerawang jauh “Ferdi memang cowok yang baik, karena terlalu sering aku bersamanya tak kusadari pesona Ferdi sedikit banyak sudah menarik hatiku. Tapi bagaimana mungkin aku bisa jadian sama Ferdi. Dia teman ku dan juga Arya”bathin Maya
“May, Maya kamu ngelamun ya ? Pasti ngelamun dia kan ?” Tanya Vika seraya didiiringi tawa ketiganya
“ Ah sudah sudah. Tuh dah bel lagi, masuk kelas yuk”. Ajak Maya  seraya tersipu malu
*********
Jam kuliah telah usai tepat pukul  20.30. Mahasiswa yang mengambil kuliah sore rata- rata para pekerja.
Jarang diantara mereka yang nongkrong  di kampus sepulang kuliah. Suasana langsung sepi. Maya menunggu Ferdi cukup lama. Sampai akhirnya Ferdi muncul dengan wajah innocent nya.
“Maaf ya May, kamu dah lama nunggu aku ya ?”
“Gak papa kok Fer”. Jawab Maya sambil tersenyum
“Ya udah, pulang yuk”. Ajak Ferdi diiringi langkah keduanya menuju tempat parkiran mobil
“May, boleh aku ngomong sesuatu ke kamu”
“Ngomong aja Fer, gak papa”.
“Aku mau jujur sama kamu May, aku sudah tak sanggup lagi membohongi perasaanku lebih lama” Jelas Ferdi
Deg,deg,deg,deg tiba tiba jantung Maya berdegup kencang,”Ada apa ini ?” Tanya Maya dalam hati
Seketika Ferdi menghentikan laju kendaraannya. Ferdi menatap dalam dalam wajah Maya. Dan menarik lembut tangan Maya.
“May, sekarang aku mau jujur sama kamu. Sebenarnya aku sangat sayang sama kamu. Tapi kamu seolah tak memperdulikan perasaanku. Padahal  aku sangat yakin jika kamu bisa merasakan rasa ini May” Kata Ferdi
“Tapi Fer!” . belum selesai Maya berkata-kata, tiba tiba Ferdi memotong perkataannya.
“May, kamu jangan terus berlari dari kenyataan. Sampai kapan kamu akan terus begini ? Buka hatimu untuk orang lain May. Setidaknya izinkanlah aku untuk menempatinya walau hanya serongga kecil saja. Beri aku satu kesempatan, May” Pinta Ferdi
Tak ada kata kata yang terlontar dari bibir Maya. Tiba tiba air mata Maya menetes. “Cinta Ferdi begitu tulus padaku, mana mungkin aku sanggup menepisnya” Bathin Maya
“Maaf May, aku gak bermaksud bikin kamu sedih “
“Fer, kamu gak salah. Dari pertama kamu gak salah. Hanya saja aku masih butuh waktu untuk bisa kembali seperti dulu”.
“Baiklah May aku gak akan maksa kamu untuk menerima aku. Tapi ijinkan aku bersamamu mendampingimu sampai waktu menyembuhkan luka hatimu. Boleh kan May” Tanya ferdi
“Fer, andai kamu mau memberi aku waktu sedikit lagi. Aku akan belajar, belajar untuk bisa menerima kamu seperti aku menerima Arya. Kamu mau kan?” Kata Maya sambil tersenyum
Ferdi mengangguk seraya mereka berpelukan, didiiringi senyum keduanya. Mereka melanjutkan perjalanan. Namun selama dalam perjalanan tangan mereka tak pernah lepas.
“Kamu tau May, kalo tahu begini  lebih baik tadi aku bawa motor aja” goda Ferdi
“Hem, maunya” Sahut Maya sambil mencubit kecil lengan Ferdi
Malam itu perjalanan pulang terasa lain. Ada seseorang disamping Maya. Yang mampu meluluhkan hatinya. “Ternyata hidup begitu indah dan berarti dengan kehadiran seseorang dalam hidup kita. Tuhan, terima kasih akhirnya kau telah menyadarkanku dari mimpi buruk yang terus menghantuiku ”. Bathin Maya
**********


Tidak ada komentar:

Posting Komentar