Sabtu, 20 Agustus 2011

Ternyata Aku Telah Mati

Aku masih ingat hari  dimana pertama kali aku di rawat di  rumah sakit. Ketika itu aku tengah camping bersama teman temanku. Mungkin karena aku terlalu lelah atau bagaimana. Tiba tiba saja aku mengalami sesak nafas yang begitu hebat. Sejurus kemudian disusul dengan batuk yang terus menerus. Tanpa sadar saat aku menutup mulutku dengan sapu tangan,aku dikejutkan dengan bercak darah. Semakin lama darah yang keluar semakin banyak. Kepalaku pusing seketika dan pandangan mataku pun jadi kabur seketika. Gelap, ya semua terasa gelap. Dan saat aku terbangun aku sudah mendapati diriku ada di sebuah ruangan rumah sakit,lengakap dengan berbagai atribut infus dan selang dimana mana.
“Ya Tuhan,apa yang sudah terjadi denganku. Kenapa aku ini ???” Perlahan lahan ku coba gerakkan kaki dan tanganku. Aku ingin bangkit dari tidurku. Sekuat tenaga aku mencoba utnutk duduk. Jangankan mengangakat kepala ,menggerakkan kaki bahkan jari jari tanganku pun aku tak mampu.

Aku ingin menjerit,tapi jangankan suara yang keluar dari mulutku. Membuka mulut saja aku tak bisa. “Ya Tuhan ada apa denganku ?? Kenapa aku ini ?? mati kah aku ??? Aku seperti mayat hidup saja”. Tangiskupun pecah. Airmataku meleleh seketika. Ya butiran butiran bening hangat ini menetes di pipiku. Aku masih bisa merasakan kehangatan tetes airmataku. Berarti aku tidak mati. Aku masih bisa melihat kepanikan mama saat memanggil manggil suster. Untuk memeberitahu keadaanku. Mama,ya mama. Aku masih bisa melihat mama. Mama begitu panik,mama berteriak histeris.

“Suster,suster. Cepat kemari,tolong periksa kondisi Rena. Dia sudah siuman suater. Dia bisa menangis. Dia mengeluarkam airmata. Rena ku masih punya harapan hidup suster,lihatlah !!” jerit mama. Dan aku masih bisa mendengar semua apa yang dikatakan mama. “harapan untuk hidup ??? Oh tidak !! Apakah sekarang aku dalam keadaan sekarat ?? Ya Tuhan,apa yang sudah terjadi padaku ???? “ Belum selesai aku memahami apa yang tlah terjadi dengan diriku. Beberapa orang dokter dan perawat datang utnuk memeriksaku. Mama yang selalu ada di sampingku,dengan lembut mengusap airmataku yang terus meleleh sambil membisikkan kata kata  penuh semangat di telingaku. “Rena sayang,apa kau bersedih nak ??? Bersabarlah sayang. Dokter sedang memeriksa keadaan kamu. Jangan takut sayang,mama akan selalu ada di sisimu nak “. Bisik mama diiringi isak tangisnya. Aku jadi ikut sedih melihat tangis mama. Tapi aku sadar,kalau aku masih saja menangis maka mama pun akan terus bersedih. Akupun menghentikan tangisku.
Dokter memanggil mama seusai memeriksaku. Namun samar samar aku masih dapat mendengar perdebatan antara dokter dan mama. Dokter mengatakan aku sudah tak memiliki harapan untuk hidup,dan dokter mengusulkan agar aku lebih baik di suntik euthanasia saja. Untuk mengakhiri semua penderitaanku. Dan mama,mama bersikukuh kalau aku masih bisa di selamatkan. Ah,apa yg kudengar ini ??? Mimpi buruk ku saja atau kenyataaan. Entahlah tiba tiba saja kepalaku terasa berat dan sangat pening. Dan sepertinya aku tertidur cukup lama. Karena saat aku membuka mata. Mama sudah tidak ada lagi di sampingku,melainkan Reyhan yang menjagaku. Reyhan,adik semata wayangku,adik kesayanganku. Dia menatapku sambil tersenyum dan akupun seolah tersenyum padanya. “Sore kak Rena,kali ini aku yang jaga kakak. Reyhan gantikan mama kak,biar mama bisa istirahat. Kasian mama,kak. Sudah 12 hari sejak kakak koma mama gak pulang. Mama selalu menjaga kakak disini”. Jelas Reyhan.

“Hah,12 hari !! Aku sudah koma selama itu ??? rasanya baru kemarin aku masih bersama teman2 temanku. Tapi ternyata sudah 12 hari aku terbaring disini. Dan baru siuman pagi tadi.” Kataku dalam hati.  Oh aku tak tau apa yang sudah terjadi pada diriku. Yang jelas,aku sudah mulai menerima dan memahami diriku sendiri. Aku hanyalah seonggok mayat hidup yang masih punya hati dan perasaan.
Aku mendengar suara ketukan di pintu kamarku,dan adikku pun berggegas membuka pintu. Aku tak tau siapa yang datang. Sampai kemudian adikku membisikkan sesuatu di telingaku. “Kak,ada seseorang yang ingin bertemu kakak. Aku harap kakak gak marah padaku karena mengijinkannya masuk utnuk melihat kondisi kakak”. Kata REyhan.

Aku tak bisa menjawab kata kata Reyhan,tapi aku seolah mengiyakana saja. Reyhan pun bergegas meninggalkan aku. Dan sesaat kemudian ada sesosok pria berdiri disampingku,menyapaku. “ Hay Ren,masih ingatkan sama aku ???”.
Hah !! Inikan Tyo. Mantan kekasihku. Bagaimana mungkin aku bisa melupakan dia ??? Lagi lagi aku tak bisa membalas sapaan Tyo. Namun Tyo sepertinya sudah paham dengan kondisiku. Dia duduk di sampingku,menggenggam tangan kananku. “Rena,maafkan aku. Baru sekarang aku bisa menemuimu. Karena dokter melarang siapapun untuk melihat kondisi kamu,selain keluargamu saja. Aku ingin minta maaf padamu atas semua kesalahanku. Aku sudah meninggalkanmu tanpa penjelasan apapun. Aku salah Ren. Saat itu aku dilanda kejenuhan dengan hubungan kita. Dan tanpa piker panjang,aku putuskan untuk mengakhiri hubungan kita secara sepihak. Aku mengira kau akan marah padaku ketika itu,tapi kau malah menuruti keinginanku tanpa sedikit amarahpun. Kamu benar benar penyabar Ren. Sejak saat itu aku merasa bersalah,dan baru sekarang aku beranikan diri untuk meminta maaf ke kamu”.  Jelas Tyo.
“Tyo sayang,semua sudah terlambat. Aku bukan Rena yang dulu. Rena yang ada dihadapanmu hanyalah tinggal menunggu ajal untuk meregang nyawa saja. Pergilah Tyo,jalan hidupmu masih panjang. Aku sudah memaafkanmu jauh sebelum kamu memintanya” Kataku dalam hati.

Tiba tiba adikku menyerobot masuk ke dalam kamarku. “Kak tyo,maafkan Reyhan kak. Tolong jangan katakana hal hal yang sedih pada kak Rena. Karena nanti bisa berpengaruh pada kondisi kak Rena.” Kata reyhan.
“Eh iya Dik,kakak akan ingat itu” Balas tyo. Dan Reyhan pun segera beranjak pergi meningalkan aku bersama Tyo di kamar ini. Tyo masih saja menggenggam erat tanganku seraya mengecupnya. Dan aku begitu menikmati suasana saat itu. Semua terasa hangat.
“Rena,aku hanya ingin kamu tau. Jika sesungguhnya aku masih sayang padamu. Aku kangen sama kamu. Kangen canda tawamu,suaramu juga manjamu. Rasanya aku ingin mengulang semua itu sayang”. Selesai mengakhiri kalimatnya Tyo mendaratkan kecupan di keningku.

“Ah Tyo,kalimat kalimatmu ini hanya karena kamu iba melihat kondisiku saja atau kah kamu memang masih mencintaiku ??? Tapi sudahlah,yang jelas sekarang aku merasa begitu bahagia. Tanpa sadar aku mengucap syukur pada Tuhan. Terima kasih Tuhan,di tengah sakitku. Kau masih beri aku kesempatan untuk bisa merasakan kebahagiaan ini. Terima kasih………. “. Ah tubuhku tiba tiba terasa ringan sekarang.
Dari balik pintu aku mendengar suara mama. Dan benar saja mama memasuki kamarku. Tyo pun segera memberi salam pada mama. Mama tampak senang denga kedatangan Tyo. Bahkan mama sempat membicarakan kondisiku pada Tyo. Mama tak pernah tau kalau aku dan tyo sempat putus. Jadi mama menganggap hubungaku dengannya baik baik saja. Mendadak ada yang aneh dengan tubuhku.

Semuanya menjadi terasa ringan. Dan selang selang infus ini tak lagi terasa menempel di tubuhku. Tiba tiba terdengar suara Tiiiiiiiiiit …………………………………………
Mama dan Tyopun terkejut,mereka menoleh ke arahku. Dan aku merasa begitu damai,terbang melayang. Tubuhku terasa ringan. Mama dan tyo pun panic. Mama berteriak histeris juga Tyo. Mereka memanggil manggil suster juga dokter. Tak lama kemudian dokter dan para suster berhamburan masuk kekamarku. Mereka segera memeriksa kondisiku. Sementara di ujung sana,mama menangis seperti orang kesurupan saja, Dan tyo serta reyhan kewalahan menenangkan mama. Saat itu rasanya aku ingin sekali menenangkan mama,seperti yang biasa aku lakukan. Tapi aku benar benar tak mampu.
“Maaf bu,putri ibu telah tiada. Rena sudah berpulang bu” Kata dokter seusai memeriksaku.
“Oh Tuhan,aku sudah mati rupanya. Pantas saja aku tak lagi merasakan kesakitan pada tubuhku. Aku pasrah atas keinginanMu padaku Tuhan. Mungkin inilah jalan terbaik bagiku. Tapi aku minta padaMu Tuhan. Beri mama,papa juga adikku dan Tyo kekuatan agar mereka tabah menerima kepergianku.
Dari kejauhan aku hanya bisa memandang jasadku yang terbujur kaku. Semua seolah berebut memelukku. Jerit tangis mama begitu keras sampai mama jatuh tak sadarkan diri. Juga tangis Tyo,Reyhan dan papa. Semua begitu histeris. Tapi seolaha da yang menarikku untuk menjauh dari mereka. Menarikku semakin jauh dan jauh,sampai aku tak lagi melihat mereka…………………………

***** The End *****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar